Tentang Sebuah Perjuangan
Barisan padi yang menguning
menyaksikan sukacita ku saat pulang dari sekolah. Saat itu, aku benar-benar senang.
Tugas yang aku kerjakan bersama ayah,
sangat diapresiasi oleh Ibu Guru wali kelas ku. Bahkan, aku disuruh mengajari
teman-teman mengenai langkah penyelesaiannya. “Ayah, terimakasih karena sudah
mengajari ku semalam.” Gumam ku dalam hati di perjalan pulang.
Nama
ku Veronika Situmorang. Aku anak pertama dari lima bersaudara. Nama adik-adik
ku adalah Selvy, Afrin, Elji, Evaldo. Orangtua ku bekerja sebagai Petani. Aku
sangat sayang kepada semua keluarga ku. Terutama ayah, bagi ku dia adalah sosok
yang luar biasa didalam menggapai harap. Kulihat dari perjuangannya sebagai
kepala keluarga untuk menyekolahkan kami anak-anaknya. Darinya lah aku belajar
untuk memaknai hidup dengan baik.
Setumpul-tumpulnya
pisau, jika di asah pasti akan tajam. Pepatah tersebut adalah sebuah pernyataan
yang sering dikatakan ayah. Setiap malam, ayah selalu membimbing aku dan adik-adik
untuk belajar. Nama sekolah ku adalah SD N 21 Pasaran Parsaoran. Di masa SD,
aku selalu berada di peringkat tiga besar yang terdiri dari 15 murid. Aku juga
beberapa kali menjadi utusan sekolah mengikuti olimpiade.
Hasil
tidak akan pernah menghianati usaha yang keras. Saat aku ingin memasuki SMP
tahun 2011, aku berhasil memasuki kelas terbaik di sebuah sekolah negeri di
kampung ku. Aku merupakan urutan ke 8 dari 288 peserta seleksi. Aku memasuki
kelas unggulan yang tentunya bergabung dengan orang-orang yang sangat pintar.
Ayah mendukung ku dengan pernyataan, “Dengan belajar keras kamu pasti bisa” Dengan
belajar sungguh-sungguh, aku dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman ku didalam
belajar.
Ternyata
kebahagiaan di dunia tidak bersifat abadi. Pada 27 November 2012, pada saat aku
berusia 14 tahun, aku harus kehilangan ayah selama-lamanya. Penyakit jantung
yang datang secara tiba-tiba, menyebabkan dia harus segera berpulang kepada
Penciptanya. Aku berpikir semuanya seperti tidak masuk akal. Seseorang yang
kita sayangi tiba-tiba pergi ke alam Baka, bukankah itu hal yang menyakitkan?
Kepergian ayah mengajarkan ku untuk
berjuang lebih keras. Semasa hidup ayah, aku adalah orang yang tidak terlalu
merasakan kelelahan saat pulang sekolah. Setelah ayah tiada, setiap hari aku
harus membantu ibu ke ladang. Namun, satu hal yang ku pegang teguh bahwa
dibalik sebuah perjuangan yang keras, ada hasil terbaik yang akan diperoleh.
Pernyatan tersebut adalah nasihat dari Guru ku di sekolah. Aku juga tersadar, larut
dalam kesedihan tidak akan mengubah keadaan. Ku coba semangat dengan bersandar
kepada keyakinan bahwa aku pasti bisa.
Sejak kecil, aku bercita-cita ingin
menjadi seorang Dokter. Setelah ayah tiada, beberapa kali aku bercerita kepada
ibu mengenai cita-cita ku. Dia selalu berkata “Jangan bermimpi terlalu tinggi,
aku hanya membiayai kalian sampai jenjang SMA saja. Kalaupun ada niat kuliah,
silahkan bekerja terlebih dahulu.” Aku maklum dengan ungkapan tersebut. Kulihat
perjuangannya, dia harus mengambil peran ayah dan ibu sekaligus bagi kami
anak-anaknya.
Perjuangan ibu tidak kenal lelah. Ditengah
raut wajah ibu yang lelah beraktivitas satu harian, dia menyempatkan untuk
bertanya bagaimana keadaan belajar kami. Dia memeriksa buku-buku kami.
Disamping itu, aku berinisiatif untuk mencoba menggantikan peran ayah kepada
adik-adik ku. Setiap malam, aku selalu mengajak mereka belajar bersama.
Satu hal yang tidak pernah lepas
dari pikiran ku adalah perkataan ayah. Aku pasti bisa. Dengan syarat, aku harus
belajar tekun. Sebagai pernyataan pendukung, aku mengingat pepatah bahwa dimana
ada kemauan maka disitu ada jalan. Aku sangat meyakini hal tersebut. Itulah hal
yang menjadi acuan ku tuk tetap semangat bahwa suatu saat aku pasti bisa meraih
mimpi ku. Di masa SMP, aku selalu berada di peringkat 15 besar. Cukup berbeda dari masa SD. Teman-teman satu
kelas SMP ku dipenuhi siswa-siswi yang cukup pintar.
Seiring berjalannya waktu, tahun
2015 aku memasuki masa SMA. Dengan berat hati, aku mendaftar ke SMK Negeri 1
Nainggolan. Sebenarnya, aku tidak suka dengan sekolah ini. Tapi karena
kekalahan ku dari sebuah sekolah favorit di Samosir yakni SMA N 1 Pangururan,
terpaksa aku harus sekolah di SMK N 1 Nainggolan. Aku mendaftar kesana dengan
mengambil Jurusan Akuntasnsi. Jurusan ini adalah saran dari beberapa tetangga
ku.
Setelah
memulai proses pembelajaran, ternyata jurusan ini adalah jurusan yang begitu
rumit dan membutuhkan ketelitian yang kuat. Aku tidak ingin mengecewakan ibu.
Dia yang sudah berusaha keras menyekolahkan ku, akan ku hargai. Setidaknya, aku
harus rajin belajar. Karena prinsip tersebut, aku mendapat peringkat satu di
kelas serta peringkat dua umum di tingkat kelas ku saat semester 1 dan 2. Ibu
sangat senang dengan prestasi ku pada saat itu.
Di
jenjang SMK, ada masa Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan mulai bulan
Januari sampai April di saat kelas dua. Di masa tersebut, aku bingung akan PKL
dimana. Semua teman-teman ku PKL di luar Samosir. Aku bertanya kepada ibu
mengenai hal ini. Ibu mengatakan aku harus tetap tinggal di kampung untuk
membantunya. Di sisi lain, teman-teman ku berkata, “Seharusnya kamu PKL di luar
Samosir karena kamu adalah siswa berprestasi.” Aku bingung dengan beberapa
pernyataan tersebut.
Hingga
pada suatu hari, aku memutuskan PKL di sekolah. Bapak Sinaga selaku Wakil
Kepala Sekolah dan sekaligus Guru akuntansi di sekolah ku, meminta ku untuk PKL
di ruangannya. Mengingat perkataan ibu, akhirnya aku menyetujuinya. Akupun
mulai PKL disana. Saat itu, aku masih kurang mahir didalam mengoperasikan
komputer. Terutama didalam mengoperasikn excel. Beliau sering memberikan tugas
didalam mengerjakan data di excel. Namun, dengan sikap keingintauan ku, aku
selalu bertanya mengenai hal yang tidak ku ketahui kepada beliau. Bapak Sinaga
mengajari ku dengan sangat baik.
Selama
PKL, aku memang merasa cukup lelah. Tapi dibalik itu, aku merasa sangat
beruntung. Banyak pengetahuan baru yang kudapat dari Bapak Sinaga. Bahkan, beliau
sudah sering membawa ku untuk belajar bersama dengan kakak kelas. Ketepatan, Bapak
Sinaga mengajar kelas 3 SMK membawa mata pelajaran komputer akuntansi. Disamping
itu, aku sering berlatih di ruangan Bapak Sinaga saat jam istirahat. Tak jarang
juga, aku bertanya mengenai hal yang tidak ku ketahui mengenai pelajaran
akuntansi kepada beliau.
Usai
PKL, aku merasa bahwa pengetahuan ku sangat bertambah. Teman-teman ku memang
berubah penampilan setelah pulang PKL. Tetapi, hal itu tidak masalah bagi ku. “Yang
penting banyak pengetahuan baru yang boleh ku dapat dari tempat PKL ku.” Begitu
lah kata hati ku.
Pada
bulan april 2016 tepatnya setelah selesai PKL, pengetahuan yang kumiliki
benar-benar tersalurkan. Di masa tersebut aku harus bolak-balik ke kabupaten
untuk mengikuti beberapa lomba. Diantaranya adalah Lomba Seni, Lingkungan Hidup
dan Cerdas Tangkas Koperasi. Hasil perlombaan tersebut, cukup memuaskan. Beberapa
penghargaan kuterima dari sekolah dan Kabupaten Samosir. Pada saat itu, aku
juga memperoleh beberapa beasiswa prestasi, yakni Beasiswa Perstasi Inalum dan
Prestasi dari Pemerintah. Aku sangat senang pastinya. Saat itu, aku benar-benar
merasa bersalah. Karena dulunya, aku sempat membenci sekolah yang ternyata
membuat ku berkembang.
Cita-cita
ku yang dahulu menjadi Dokter, kini berubah menjadi Dosen. Hal tersebut terjadi
karena jurusan akuntansi ku tidak mendukung lagi menjadi Dokter. Di sekolah,
mata pelajaran kesukaan ku adalah PKN dan Akuntansi. Aku mencari info tentang
jurusan tersebut di dalam jenjang perkuliahan. Bahkan, mulai kelas 2 SMK
semester 2, aku sering pergi belajar ke perpustakaan untuk mengerjakan
soal-soal SBMPTN. Aku belajar melalui android yang ku beli dari hasil beasiswa
ku.
Didalam
proses belajar tersebut, tak jarang aku mengajak beberapa teman-teman ku untuk
belajar bersama. Sesekali mereka ikut bergabung dengan ku belajar di
perpustakaan. Soal-soal yang kurang kupahami, kutanyakan kepada Guru ku di
sekolah. Dengan senang hati, mereka selalu mengajari ku. Para Guru ku
mengetahui bagaimana latarbelakang ku yang sesungguhnya. Karena itulah, mereka
sangat mendukung ku didalam semangat.
Saat
aku memasuki kelas 3 SMK, Bapak Guru bagian kesiswaan menawarkan aku untuk
mencoba kuliah nanti dengan beasiswa Bidikmisi. Beliau menjelaskan bagaimana
kuliah dengan beasiswa tersebut. Aku sangat senang. Informasi tersebut membuat
ku lebih semangat lagi belajar. Hingga pada saat UN, nama ku berada di posisi
peringkat dua umum di sekolah ku. Aku tamat dari SMK N 1 Nainggolan pada tahun
2017 dengan hasil yang cukup memuaskan.
Dengan
tekad yang kuat, aku mencoba SNMPTN melalui beasiswa bidikmisi dengan jurusan
PKN dan Akuntansi UNIMED. Namun, aku kalah di seleksi tersebut. Aku berangkat
ke Medan untuk SBMPTN. Aku tinggal di rumah nenek dan tante di Medan. Aku
mencoba SBMPTN di UNIMED dan UNRI, kekalahan juga ku dapat pada saat itu. Aku
benar-benar bingung.
Aku
merasa tidak ada satupun orang yang mendukung ku untuk kuliah. Nenek dan tante
yang menyaksikan kekalahan ku berkata, “Ini adalah sebuah pertanda, sebaiknya
kamu bekerja untuk membantu ibu mu. Jangan berharap terlalu tinggi di tengah kehidupan
yang pas-pasan.” Hati ku panas mendengar pernyataan tersebut. Ingin rasanya aku
keluar dari rumah nenek, namun aku tidak tahu mau kemana aku berlari. Aku tidak
mengenal siapa-siapa di kota Medan selain dari mereka. Hanya perasaan sabar
yang boleh menjadi teman baik ku di saat itu.
Dengan
tekad yang sama, aku memutuskan untuk mencoba kembali di tahun 2018. Akhirnya,
aku bekerja didalam penantian satu tahun tersebut. Aku bekerja di sebuah tokoh
bangunan, ketepatan disana tugas ku membuat pelaporan keuangan tokoh tersebut. Pekerjaan
tersebut sejalan dengan jurusan ku dulu waktu SMK. Setiap hari, aku membawa
buku ke tempat bekerja yakni buku pembahasan soal-soal SBMPTN. Dikala waktu
luang, ku sempatkan sebentar untuk boleh belajar.
Saat
bekerja, sangat banyak pengalaman baru yang boleh kudapat mengenai makna perjuangan
didalam hidup. Mulai dari bagaimana menghadapi setiap pelanggan yang memiliki
karakter yang berbeda, bagaimana untuk semakin bersabar didalam hidup. Tak
jarang, hati ku sering menangis karena banyak hal yang tidak sejalan dengan
pikiran ku. Namun bagi ku, menyerah bukan hal yang pantas untuk seorang
penggapai mimpi yang indah.
Hampir
setahun bekerja, tepatnya satu bulan sebelum ujian SBMPTN tahun 2018, aku
behenti bekerja. Aku ingin lebih fokus mempersiapkan diri ku. Aku sering belajar
bersama dengan beberapa teman gereja yang ingin SBMPTN juga. Dengan tabungan
yang tidak cukup banyak, ku beranikan diri untuk keluar dari rumah nenek. Aku
memutuskan untuk mengontrak kamar kos. Tujuan ku supaya aku lebih fokus
belajar.
Seperti
tersayat sembilu, begitu hati ku merasakan semua yang terjadi. Ku beritahu
kepada ibu, bahwa aku telah berhenti bekerja. Ibu sangat marah dan mengatakan,
aku terlalu nekat dalam mengambil keputusan. Tante ku juga berkata, bahwa aku
anak yang tidak tau diri. “Mengapa tidak ada seorangpun yang mendukung ku?” Tanya
ku dalam hati. Meskipun dengan keadaan demikian, aku tetap berusaha untuk
tegar. “Aku sudah mengambil keputusan untuk berhenti bekerja, maka aku tidak
akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk boleh mempersiapkan diri dengan baik.”
Saat
pelaksanaan SBMPTN 2018 tiba, aku mengambil jurusan PPKN di UNIMED, Ilmu
Perpustakaan di USU dan Akuntansi di UNSRI. Hasil pengumuman tersebut sama
dengan hasil pengumuman tahun 2017. Aku harus mengalami kekalahan lagi. Ku coba
menenangkan diri dengan yakin bahwa semua akan baik-baik saja. “Tuhan tidak
akan membiarkan ku jatuh terpuruk.” Begitu prinsip yang kupegang teguh.
Ternyata,
Universitas Swasta di daerah tinggal ku di Medan menyediakan Beasiswa Bidikmisi.
Universitas tersebut adalah Universitas Katolik Santo Thomas. Informasi
tersebut ku peroleh dari Bapak Pendeta di gereja ku yang juga berprofesi
sebagai Dosen di sebuah universitas swasta di Medan. Akhirnya, beliau
menyarankan ku untuk kuliah di Universitas Katolik Santo Thomas. Beliau juga
membantu ku untuk segera mengurus beasiswa Bidikmisi di Univeritas Swasta tersebut.
Akhirnya
aku kembali mempersiapkan diri untuk seleksi di Universitas Katolik Santo
Thomas. Saat itu, jumlah peserta seleksi sebanyak 80 peserta. Padahal,
mahasiswa yang akan terpilih nantinya adalah 28 peserta. Aku benar-benar yakin,
bahwa inilah seleksi terakhir yang akan membawa ku meraih mimpi ku.
Seperti
pelangi sehabis hujan. Saat pengumuman, ternyata aku dinyatakan lulus. Kini,
aku akan kuliah dengan dibiayai pemerintah. Aku sangat bahagia sekali. Ku
beritahukan segera kepada ibu. Ku dengar tangisannya saat bertelepon dengan ku. Ibu berkata, “Maafkan
aku yang sempat menghalangi mimpi mu. Sekarang, gapailah dengan semangat dan
belajar keras.” Mendengar perkataan ibu, hati ku dipenuhi dengan rasa terharu bahagia.
Setelah
aku memasuki perkuliahan, pastinya aku memulai dengan sangat semangat. Hal ini
adalah mimpi ku mulai dari dulunya. Pelajaran akuntansi yang kupelajari dulu
seawaktu SMK ternyata di ulang kembali di kampus. Aku yang sudah cukup mengerti
mengenai dasar-dasar akuntansi, membuat ibu dosen yang masuk meminta ku untuk bekerjasama
dengannya mengajari teman-teman ku. Banyak teman kelas ku yang berasal dari SMA
jurusan IPA. Tentunya, mereka sering bingung dengan akuntansi. Dengan senang
hati aku mengajari mereka.
Saat
semester tiga, aku mencoba untuk mengasah hobby ku dibagian kepenulisan. Dengan
usaha yang cukup keras, aku memperoleh hasil yang cukup baik. Karya ku sudah di
muat di sebuah buku di perpustakaan nasional. Dalam kegiatan kampus bulan
Oktober 2019 aku berhasil memenangkan sebuah lomba kepenulisan di kampus dengan
peringkat tiga. Pada Februari 2020 tepatnya aku di posisi semester 4, aku juga
berhasil menjadi peserta terbaik didalam pengiriman karya tulis tingkat
provinsi maupun nasional didalam lomba yang diselenggarakan kampus. Disamping
itu, aku juga sering dilibatkan oleh para Dosen didalam kepanitian kegiatan
kampus.
Saya
sangat bersyukur dengan adanya besiswa Bidikmisi. Dengan adanya beasiswa Bidikmisi,
prestasi serta kemampuan yang saya miliki dapat tersalurkan dengan baik. Hidup
adalah perjuangan yang harus dimenangkan. Tentunya, dengan prinsip selalu ada
jalan dimana ada kemauan. Saat aku berusaha dengan sungguh-sungguh, maka ada
hasil baik yang sebenarnya sedang menanti. Yang paling terutama adalah harus
sabar didalam menjalani hidup.
Jadikan
setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru. Dari hal tersebut,
terhasilkan makna bahwa hidup ini adalah proses belajar terhadap segala
sesuatu. Aku juga menyadari melalui proses ini, didalam segala sesuatu yang
terjadi ada maksud baik dari Tuhan kepada setiap orang yang berharap kepadaNya.
Tetaplah jadi pribadi yang siap menerima kenyataan hidup, sekalipun itu cukup
rumit untuk dipahami. Beradaptasi dan berproseslah didalamnya. Maka, ada
kepuasan tersendiri bagi setiap pribadi yang berhasil melewatinya.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^