“Pertolongan-Nya benar-benar datang dari
arah yang tidak kita sangka”
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh……
‘’Tidak ada
masalah yang tidak memiliki jalan keluar dan segala sesuatu yang dilakukan dengan
usaha dan doa yang maksimal pasti tidak akan mengecewakan‘’.
Kalimat di atas
mungkin dapat menggambarkan sebagian besar dari kisah perjuangan saya menjadi salah
satu Mahasiswa penerima Beasiswa.
Saya anak kedua
dari tiga bersaudara, saya berasal dari kaluarga yang sederhana bertempat
tinggal di desa Kosali Kecematan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Saya alumni mahasiswa
penerima Biasiswa Bidikmisi angkatan 2015, allhamdulillah saya lulus pada bulan
Agustus 2019 pada Prodi Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Program
Strata Satu (S1).
Bapak saya
seorang petani padi dan Ibu saya sebagai ibu rumah tangga, Saya bersyukur sekali
memiliki ibu yang penyabar dan ayah yang pekerja keras, mungkin tidak cukup
hanya dengan satu kata untuk menggambarkan betapa luar biasa dan hebatnya
mereka. Saya tidak pernah malu lahir ditengah-tengah mereka yang dulunya serba
kerungan jangankan untuk membeli sesuatu barang mainan untuk anak-anaknya
membeli lauk untuk sehari-hari saja hanya dengan lauk sederhana. Mungkin aku
tidak merasakan bagaimana susanya kehidupan meraka dahulu tapi semuanya bisa
saya ceritakan karena curhatan dari ibu tercinta.
Tapi
alhamdulillahnya saya masih bisa seperti anak-anak yang lainya merasakan
pendidikan formal, SD, SMP, SMA. Saya juga tidak pernah bermimpi dan berfikir
bisa kuliah di Univesitas Negeri jauh dari kampung halaman dan menjadi seorang
sarjana, saya hanya berfikir menempuh pendidikan sampai SMA sudah sangat
bersyukur fikir saya pada saat dibangku SMA.
Walau tidak
pernah berfikir dan bermimpi bisa kuliah tetap saja saya selalu berusaha keras
dalam belajar dan berdoa semoga saya bisa mecapai cita-cita ayah dan ibu
melihat saya menjadi seorang sarjana seperti anak-anak yang lain yang ada di kampung
halaman.
Semua bermula
pada akhir-akhir dibangku SMA arahan oleh wali kelas untuk mendaftar biasiswa dijalur SNMPTN saya masuk salah satu
siswa yang mendaftar, saya tidak pernah berharap bisa lulus pada saat itu
karena saya berfikir siapa saya yang bisa menerima biasiswa saya hanya orang
yang biasa tidak pernah ikut lomba ataupun menajadi juara umum di sekolah tak
pernah ada satupun prestasi yang pernah saya raih ataupun saya bisa saya banggakan.
Tapi Allah
berkehendak lain dari sekian banyak teman-teman saya yang mendaftarkan ada nama
saya yang dinyatakan lulus sebagai mahasiswa penerima biasiswa dan diterima di
Unversitas Negeri Makassar pilihan saya, heran dan bahkan tidak percaya saya
bisa lulus bagaimana saya tidak percaya hanya ada kurang dari 10 orang yang
lulus dari sekian banyaknya teman saya yang mendaftar.
Kesyukuran saya
benar-benar tidak tergambarkan lagi pada saat itu, tetapi semua menajadi sangat
menyakitkan ketika ayah dan ibu sepakat menyuruh saya untuk tidak mengambil
biasiswa itu dengan alasan biar bagaimana pun kuliah itu mahal kalaupun kamu dibiayai
oleh Pemerintah tetapi untuk berangkat ke Makassar itu butuh biayai sedangkan
kakak saya pada saat itu baru saja masuk kuliah. Kata orang tua saya
kamu menganggur saja dulu tunggu sampai kakak kamu selesai kuliah baru kamu
masuk kuliah karena jika kamu langsung kuliah kami tidak bisa membiayai kuliah
kalian berdua secara bersamaan walau kamu adapat biasiswa pasti kamu tetap
dibiayai kaerena hidup di Kota besar itu mahal.
Ketika mendapat keputusan
itu sedikit menekan kan bahwa diri ini benar-benar ingin kuliah tapi tak bisa
saya paksakan, saya paham memang begitulah keadaanya. Bukan hanya itu
masalahnya ibu juga memutuskan untuk pindah kependudukan ke Palopo tempat
kelahiranya dan ayah pada saat itu belum bisa pindah mereka harus jauh untuk
beberapa bulan pada saat itu dan tak
lama setelah pengumuman kelulusan itu saya pergi ke Palopo tinggal bersama ibu.
Belum cukup
sebulan saya tinggal di Palopo, ibu tidak bisa tinggal diam karena melihat saya
yang tidak memiliki semangat lagi, sering melamun bahkan bersedih. Ibu menawarkan untuk kuliah di Palopo saya
disuruh untuk memilih jurusan apa yang saya suka, ibu saya berfikir kuliah di Palopo
masih cukup murah dibandingkan di Makassar karena tidak harus sewa rumah lagi dan tidak makan ongkos banyak pulang
pergi kuliah. Saya pun setuju dan dengan bantuan tante saya ikut mendaftar
disalah satu kampus suasta di Palopo, saya pun ikut tes pada jadwal yang sudah
ditentukan oleh pihak kampus.
Teryata setelah
saya meninggalkan kampung halaman semua orang di kampung mulai membicarakan dan
menayakan keberadaan saya, masyarakat, teman-teman dan guru-guru di sekolah
saya tau bahwa saya diterima kuliah di Makassar untuk di kampung tempat tinggal
saya sendiri saya satu-satunya yang lulus. Semua mulai bertanya kenapa saya
tidak mengambil biasiswa itu begitupun dengan pihak sekolah dan diwakili
melalui wali kelas saya.
Teman-teman
mulai menelpon saya dan menanyakan alasan saya tidak mengambil biasiswa itu
tapi saya diam dan tidak tau harus menjawab apa, keluarga yang di kampung pun
juga menghungi saya dan menanyakan alasan saya ketika ada yang bertanya air
mata saya tidak bisa saya tahan mengalir dengan sendirinya. Semua
bertanya-tanya, kata ayah di kampung mulai heboh membicarakanya dan
menayakanya, sampai-sampai orang beranggapan saya tidak mengambilnya dengan
alasan jurusan yang saya ambil itu kurang bagus yaitu tukang batu, Lebih
tepatnya Penddikan Bangunan masyarakat di desa saya memang kurang tau yang ada
dipikiran mereka bangunan itu berhubungan dengan tukang batu dan mereka juga
cuman tau jika ingin anaknya menjadi seorang bisa dibanggakan jurusan yang diambil
harus dokter, polisi, pelayar, dan perawat.
Disuatu hari
dimana di malam-malam sebelumnya saya selalu berdoa semoga keputusan yang saya
ambil ini adalah yang terbaik. Pendaftaran ulang untuk penerima biasiswa
sekitar dua minggu lagi akan berakhir mendengar kabar itu hati semakin sedih
karena merasa tidak adalagi harapan buat saya, namun di suatu pagi saya mencoba
memberanikan diri mengatakan kepada ibu bahwa saya benar-benar ingin mengambil
biasiswa itu dan kuliah di Universitas Negeri. Ibu bercucuran air mata
begitupun dengan saya yang tidak bisa lagi menahan sedih, ibu berkata kepada
saya “nak bukanya ibu tidak mau ibu hanya tidak sanggup jauh dan berpisah dari
kamu, kamu adalah satu-satunya anak ibu perempuan bagaimana bisa ibu melapas
kamu di kota besar sendirian” untuk beberapa lama yang terdenagar hanya
tangisan yang terdengar tak ada kata yang bisa saya ucapkan mendengar kata-kata
ibu yang begitu menyanyagi saya, saya pandang ibu dan saya mencoba menarik
nafas dan berkata “mama saya mohon izinkan saya kuliah di Makassar saya ingin
merasakan bagaimana bisa kuliah di Universitas Negeri tenang lah mama saya akan
baik-baik saja di sana” kurang lebih begitu
lah yang saya ucapkan untuk meyakinkan ibu saya. Kalian tau kan untuk sebuah
takaran ikatan batin ibulah yang paling besar ikatanya terhadap diri kita, kami
pun mengakhiri pembicaraan itu setelah ibu sudah mengijinkan saya untuk
mengambil beasiswa itu dan kuliah di Makassar.
Dengan penuh
semangat saya mengurus berkas-berkas untuk kelengkapan pendaftaran ulang dengan
batas waktu kurang dari dua minggu, pulang balik dari palopo ke kampung untunglah
ada kakak dan teman-teman yang juga lulus dan sudah menyelesaikan berkas-berkasnya
mau membantu saya dalam pengurusan.
Akhirnya saya
bisa kuliah di Universitas Negeri pilihan saya dan mendapatkan biasiswa Bidikmisi
yang sampai hari ini saya syukuri karena dengan adanya biasiswa ini orang tua
saya sedikit diringankan dalam hal biaya kuliah.
Saya sekarang
kerja sebagai asisten dosen dua hari setelah ujian tutup saya mulai bekerja
dengan dosen saya di pasca sarjana UNM yang dimana merupakan dosen pembibing
skripsi saya sendiri, mungkin untuk sebagian orang ini pekerjaan yang biasa
saja namun saya bangga dan beryukur sekali bisa mendapat pekerjaan ini karena
ini merupakan cita-cita kecil saya pada saat kuliah bisa menajadi pendamping
dosen, pada saat kuliah saya juga pernah menjdi salah satu pendamping di
laboraturium survey pemetaan, aktif di lembaga dakwah pada semester 6 dan pernah menjadi relawan mengajar disalah satu
Sekolah Impres di Gowa.
Masih banyak
lagi hal-hal yang saya ingi lakukan dan semua yang saya lakukan atau capai pada
saat kuliah tidak akan pernah tercapai jika bukan karena bidikmiisi, doa orang
tua dan campur tangan Allah SWT.
Untuk semua
pejuang pendidikan teruslah bermimpi dan mulailah dengan mencapai mimpi-mimpi
kecil mu hingga akhirnya kamu mencapai mimpi terbesarmu, mungkin diri ini belum
bisa menjadi contoh dalam mencapai mimpi besar mu namun saya mengajak kita
semua untuk sama-sama terus berjuang mengejar mimpi-mimpi kita,dan perjuangan
saya baru lah dimulai berada di luar kahidupan kampus adalah sebenar-benarnya
kehidapan.
Masih banyak hal
yang ingin saya bagikan pada saat kuliah namun jika saya ceritakan mungkin sebagian
ada yang menganggap adalah dongeng saking panjang dan berlikunya perjuangan
saya di tanah rantau. Jika diberi umur panjang saya juga akan menceritakan
bagaimana bisa mempertahankan biasiswa yang saya terima sampai bisa sarjana.
Cukup sekian
cerita saya kali ini semoga bisa bermanfaat, memotifasi dan menjadi penyemangat
untuk yang lagi berjuang menghadapi masalahnya karena semua orang pasti
memiliki masalah yang berbeda-beda.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh…..
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^