“keberhasilanku memakai toga, bercucuran air mata,
keringat & arti kata sukses terbesar dalam hidupku”
(sungguh metamorfosis sempurna)
Perkenalkan nama saya
Kleriyani Mayan, asal Buangin Desa Puangbembe mesakada, Kec. Simbuang, Kab.
Tana Toraja, Prov. Sulawesi Selatan. Mahasiswa bidikmisi angkatan 2013 dan
lulus tahun 2017 dari Universitas Negeri Manado, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, jurusan Pendidikan Biologi dengan IPK 3.75.
Sedikit cerita tentang
perjuanganku meraih mimpi menjadi seorang sarjana. Saya berasal dari keluarga
yang sederhana, orang tua hanyalah petani yang penghasilannya hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari, sehingga untuk menjadi seorang sarjana hanyalah mimpi
yang mungkin tidak akan terwujud karena kondisi ekonomi. Sejak masuk SMA di
salah satu sekolah swasta di Tana Toraja tahun 2010, saya mulai belajar hidup
mandiri jauh dari orang tua, karena jarak dari kampung ke Makale tempat saya
sekolah sangat jauh. Masuk tahun ajaran 2012/2013 saya sudah duduk dibangku kelas XII IPA, teman-teman
sudah mulai mencari universitas negeri dan swasta unggulan pilihan mereka
apalagi saat masuk semester II, mereka sangat semangat belajar dan bahkan ada
yang mengikuti bimbel untuk bisa masuk di universitas pilihan mereka. Saya saat
itu hanya berdiam dan dalam hati “Tuhan saya juga mau kuliah”.
Suatu hari kami
belajar mata pelajaran TIK dan masuk di lab computer, guru TIK mengatakan sudah
terbuka pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Bidikmisi, salah satuh beasiswa nasional diperuntuhkan untuk siswa berprestasi
yang berasal dari keluarga kurang mampu. Saat itu saya mulai melengkapi berkas
dan didaftarkan oleh guru TIK, sampai pada tahap pemilihan universitas guru
saya bertanya ‘kamu suka universitas yang mana?’ saya memilih Universitas
Negeri Makassar dan Universitas Negeri Manado dengan tiga pilihan jurusan
(biologi, seni music dan sosiologi) saat itu. Saat mendekati pengumuman saya
berpikir mungkin tidak lolos seleksi karena banyaknya pendaftar saat itu.
Kemudian tibalah saat yang di tunggu-tunggu semua siswa pendaftar SNMPTN,
sekian siswa pendaftar dari sekolah saya hanya 6 (enam) orang yang lulus
seleksi, 4 dari IPA dan 2 dari IPS.
Syukur kepada Tuhan dari 4 anak IPA salah satu siswa adalah Kleriyani Mayan,
itu artinya saya lulus seleksi masuk perguruan tinggi Negeri di Indonesia. Akhirnya, mimpi itu menjadi kenyataan, tetapi
perjuanganku tidak sampai di situ justru itu awal perjuangan saya. Berangkat
dengan penuh keyakinan dari bagian selatan ke bagian Utara Sulawesi pada
tanggal 08 Juni 2013, dan kembali berpisah dengan orang tua dan sanak
saudaraku. Merantau ke Sulawesi Utara semuanya berubah dan harus menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru, orang-orang yang baru. saya tinggal di Asrama Bidikmisi
Universitas Negeri Manado dari pertama datang sampai wisudah. Hidup sederhana
membuatku selalu bersyukur dalam segala hal.
Saat mulai kuliah saya mendapat cobaan yang sangat sulit diterima, dimana ibu yang melahirkan
dan membesarkan saya dipanggil Tuhan secara tiba-tiba dan selang waktu tiga
bulan Ayah saya juga dipanggil
Tuhan. Sejak saat itu kehidupan kami berubah total, seperti hidup yang sudah
tidak berwarna dan
sempat putus asa, tetapi keyakinan bahwa ini takdir dan sudah jalan sang khalik. Mungkin
kebanyakan orang cepat menerima hal tersebut, tetapi saya berbeda butuh waktu
bertahun-tahun untuk bisa menerima bahwa saya sudah yatim-piatu, meskipun tiada
hari selain air mata tetapi harus kuat demi masa depanku dan saudara-saudaraku. Dan sejak saat itu Kakaklah yang
menjadi tulang punggung keluarga kami, membiayai kami adiknya-adiknya. semasa kuliah belajar
untuk mandiri dan berpikir secara dewasa semata-mata karena saya mau berhasil
dan bisa membanggakan orang tua yang sudah menjadi pendoa bagi saya. Cobaan itu membuat
saya menjadi pribadi yang kuat, sabar, mandiri dan bertanggung jawab terhadap
diri sendiri. Salah satu keinginanku adalah
melihat orang tua bahagia dan bangga melihatku memakai toga nanti, tetapi
keinginan itu tidak terpenuhi karena mereka lebih dulu dipanggil Tuhan . Saat
itu saya berjuang untuk tetap lanjut kuliah meskipun bercucuran air mata dan
keringat, demi meraih mimpiku untuk menjadi seorang sarjana muda dengan title
Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Hingga lulus kuliah, saya tidak pernah mengerti arti
kata “sukses” karena tidak pernah ada indikator yang pasti bagi setiap orang.
Sebagian dari kita berfikir bahwa sukses adalah sesuatu yang dapat diukur
dengan materi, nilai, pendidikan, bahkan jabatan. Tidak ada istilah benar atau
salah dalam hal ini juga tidak ada
definisi baku tentang kesuksesan. Karena kesuksesan sejatinya dibentuk dari
pengalaman-pengalaman setiap individu dan setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda tentang hal tersebut. Sering
sekali saya bertanya kepada diri saya sendiri “sudah sukseskah diriku?” namun saya selalu gagal dalam menentukan apakah saya sudah
merasakan sebuah kesuksesan atau malah belum mendapatkannya sama sekali. Saya
pernah merasa bahwa pendidikan dan prestasi yang sudah saya peroleh adalah
sebuah kesuksesan, namun ternyata sukses ini hanya dapat saya rasakan bagi diri
saya sendiri, sementara predikat sukses itu sendiri tidak bisa kita berikan
kepada diri kita sendiri karena kita perlu penilai dari luar pikiran dan tubuh
kita yang juga merasakan dampaknya.
Namun dari berbagai macam arti kesuksesan itu terdapat suatu benang merah
yang bisa ditarik, yaitu sebuah kepuasan dan kenyamanan di dalam hati setelah
melakukan suatu pekerjaan dengan perjuangan dan kerja keras. Sehingga
pencapaian tersebut benar-benar memiliki makna bagi sesama dan meresap di dalam
hati sanubari.
Begitu pula dengan saya, pengalaman-pengalaman
yang telah saya lalui membentuk pemahaman tentang makna kesuksesan itu sendiri.
Di saat para sarjana muda, mencari pengalaman dengan bekerja di perusahaan,
namun saya memutuskan untuk terus mencari pengetahuan tentang media
pembelajaran baru yang bisa saya bawa ke daerah-daerah terpencil, sesuai dengan judul skripsi saya Pengembangan Media dimana materi dikemas
dalam sebuah aplikasi dan bisa digunakan untuk para pengguna Android dengan
ofline dan siswa bisa belajar di luar jam pelajaran dengan materi system
peredaran darah. Karena saya merasa sangat berutang kepada pemerintah
yang telah membiayai saya sehingga niat untuk memajukan pendidikan di indonesia
semakin ada dalam diri ini. saya tidak seperti kebanyakan orang yang mengejar materi tetapi bagi saya “ Experience is more important than Salary”.
Saya meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan sesuatu unik dan khas
sebagai pemberi warna dalam kehidupan.
Dengan potensi dan anugerah tersebut kita diharapkan
mampu menebar kebaikan bagi sesama. Dan kembali kepada pernyataan di atas
“sudah sukseskah diriku?”, bagi saya sukses terbesar dalam hidup ini adalah
ketika kita mampu memberi kemanfaatan kepada orang lain dengan anugerah potensi
yang telah diberikan kepada kita sesuai dengan semboyan di tana bumi Nyiur Melambai (Minahasa), “Sitou Timou Tumou Tou” yang artinya “Manusia
Hidup untuk Memanusiakan Manusia Lain” dan makna sukses ini akan selalu
menjadi haluan hidup saya di setiap perjalanan yang akan saya hadapi. Kebanggaan terbesar bahwa meskipun saya
terlahir dari keluarga yang tidak mampu secara materi tetapi saya memiliki
segudang ilmu, talenta dan karya-karya yang saya bisa persembahkan untuk
Indonesiaku, baik dimasa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Terima kasih Bidikmisi telah hadir “memutus mata rantai kemiskinan”,
terima kasih presiden dan jajarannya, terima kasih kebangganku Universitas
Negeri Manado dan terima kasih Sekolahku SMA Kr. Makale.
Majulah : Tanpa Menyingkirkan orang lain;
Naiklah Tinggi : Tanpa Menjatuhkan orang lain;
Berbahagialah : Tanpa Menyakti orang lain.
Tondano, 30 November 2017